1. Istigfar merupakan salah sarana yang diberikan Allah untuk umat
manusia yang hendak menuju serta kembali kepadanya, yang dengan penuh rasa khauf yaitu rasa ketakutan akan di
tinggalkan dan meninggalkan Allah. Rasa khauf seorang mukmin seharusnya lahir
dari ketulusan dan keimanan sehingga menerima segenap apa yang diperintahkan
dan dilarang oleh Allah. Yang dengan keimanan itu mereka selalu dibayangi
ketakutan akan tertolaknya amal-amalnya. Ssebagaimana dijelaskan dalam kitab
ayyahuma ‘adlom, “istigfarnya manusia kepada tuhannya merupakan dalil
terhadap kekuatan imannya, yang melahirkan rasa khauf yang besar terhadap allah
swt. Dalam hal ini istigfarnya seorang manusia bukan berdasarkan dosa, namun
istigfar dalam tingkatan ini merupakan refleksi dari rasa keimanan yang tinggi
sebagaimana istigfarnya rasulullah saw.” [1]
إن
استغفار الإنسان ربه إنما هو دليل الإيمان القوى به
والخشية الشديدة منه والرجاء الكبير فيه سبحانه، وليس شرطا حينئذ أن يكون قد اجترح
إثما، بل يمكن جدا أن يكون، كما فى حالة الرسول محمد عليه أفضل الصلوات وأزكى
التسليمات
2. Istigfar adalah bagian dari sendi akidah Islam, yang secara lisan mengucapkan astagfirullah, atau
sejenisnya, namun secara hakiki menghadirkan serta kembalinya qalbu dan
fikiran kepada Allah swt. Yang dengan itu melahirkan sifat roja dan khauf.
Khauf
merupakan timbulnya rasa takut kepada Allah, rasa takut yang terlahir dari
keimanan, mahabbah sehingga jiwa takut ditinggalkan Allah, atau meninggalkan Allah
swt.
Sementara, roja adalah
harapan untuk senantiasa kembali kepada Allah serta meneguk setetes keimanan
dari setiap perjumpaan yang dapat menghapus dahaganya jiwa.
3. Istigfar merupakan sarana turunnya syafaat, baik syafaat dunya terlebih syafaat akhirat, sebagaimana
dijelaskan bahwasanya orang-orang yang mendapat ridla serta ijin allah mereka
akan mampu memberikan syafaat/ pertolongan terhadap orang lain,
Sebagaimana dikisahkan bagaimana
nabi Ibrahim memohon pengampunan untuk ayahnya, nabi Nuh memohon pengampunan
untuk anaknya, dan nabi Muhammad saw memohon pengampunan untuk pamannya, namun
itu semua Allah tolak dengan pernyataan yang tegas, bahwa memohonkan ampunan
untuk orang-orang tersebut tidaklah diterima.
Dengan kata lain, pemohon dan
termohon merupakan orang-orang yang memiliki nilai akidah yang sama, tauhid
yang mendalam serta mereka senantiasa menerima apa yang telah disyariatkan
kepadanya, mereka menerima walaupun kadang belum mampu menjalankannya.
Maka, dengan istigfar sesungguhnya mukmin ditunjukan jalan untuk
mampu menjadi penolong orang-orang yang dikehendakinya dan dikehendaki Allah,
artinya orang-orang yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan Allah,
seperti: mereka bukan pelaku kesyirikan[2]
serta bukan orang yang dicap sebagai orang yang keluar dari agama oleh Allah
swt (murtad) baik disadari ataupun tidak.
الشفاعة يوم القيامة ليست خاصة بالنبي ? ولا بالأنبياء؛
بل تَشفع الملائكة ويَشفع المؤمنون بدرجاتهم: (العلماء والشهداء والصالحون يشفعون)؛
كما ثبت في الصحيح أنَّ الله ? يقول يوم القيامة "شفعت الملائكة وشفع النبيون
وشفع المؤمنون، ولم يبق إلا رحمة أرحم الراحمين فيأمر الله ? بأقوام في النار لم
يعلموا خيرا قط أن يخرجوا" إلى
آخر الحديث؛ يعني أنَّ الشفاعة ليست خاصة بالأنبياء بل الملائكة تشفع كما قال ? في
وصف الملائكة من حملة العرش وغيرهم ?وَيَسْتَغْفِرُونَ لِمَنْ فِي
الْأَرْضِ?[الشورى:5]، وهذا استغفار قبل معاينة المصير والعذاب، وهم أرحم
ومُتَوَلِّيْنَ لأهل الإيمان إذا رأوا العذاب ورأوا المصير.
قال "شفعت الملائكة وشفع النبيون وشفع المؤمنون" فإذاً الشفاعة
عامة فكل مؤمن صالح يشفع؛ يشفع في قريبه، يشفع في من شاء.
Adapun syirik adalah segala bentuk
meniadakan Allah atau meyakini ada kekuatan atau sesembahan selain Allah.
Sementara riddah(murtad)
meerupakan segala bentuk yang dapat mengeluarkan seorang muslim dari
keIslamannya, baik sengaja ataupun tidak sengaja, melaui ‘itiqad, bersitan
hati, fikiran, tulisan, ucapan ataupun amal(perbuatan). Yang mungkin dihadapan
manusia kita dipandang sebagai seorang muslim, namun bobot nilai keIslamannya
nol besar dihadapan Allah swt.
Maka kehati-hatian serta kewaspadaan
dalam menerima setiap informasi serta menyaringnya dengan landasan-landasan
akidah Islam merupkan kebijaksanaan dalam beragama, dengan menolak secara tegas bentuk-bentuk yang dapat menjerumuskan
ke musyrikan dan kemurtadan, atasnama apapun, termasuk toleransi, Karena
toleransi dalam beragama dalam Islam bukanlah menghanyutkan diri kedalam
ranah-ranah akidah.
Kita berlindung dari kedua sifat tadi, semoga kita dibingbing untuk
mampu memahami dan menjuhi hal-hal yang menyebabkan kemusyrikan dan kemurtadan.
Dengan selalu beristigfar, serta menghadirkan hati kepada allah
merupakan bagian dari unsur pembentukan akida, serta keimanan, yang dengan itu
yang timbulny ras keimanan dan meyakini adanya syafaat, janji allah , surga,
neraka, siksa kubur, barzah, kiamat, dan hisab.
Yang kesemua gambaran-gambaran
kehidupan akhirat Allah menggambarkan bagaimana manusia berjalan, ada yang
seimbbang kejelekan dan kebaikannya, ada yang berat kebaikannya, dll. Gambaran
ini allah lukiskan sebagai rasa rahman Rahim allah bahwasanya jangan lah
manusia terkecoh dengan kehidupan dunia,
Yang dengan sifat rahmannya Allah
mengatur segala yang ada di langit dan di bumi, di darat dan di lautan, serta
semua yang meliputi alam ini. Yang dengan sifat rahmanNya Allah memberikan mata
dengan ruh penglihatannya, yang dengan sifat rahmannya Allah memberikan telinga
dengan ruh pendengarannya, yang dengan sifat rahmannya Allah memberikan otak
dengan fikirnya, hati dengan qalbunya. Kesemuanya Allah atur menjadi kesatuan
jasmani dan ruhani syariat dan hakikat, sebagai bentuk keseimbangan ‘alam dengan
itu allah berfirman Wafii anfusikum afalaa tubshiruun. Artinya:“dan dalam diri
kalian terdapat tanda-tanda kekuasaan allah apakah kalian tidak memperhatikan?”
4. Istigfar sarana turunnya rizki,
rizki dunia maupun rizki akherat sesungguhnya hal yang diharapkan setiap
manusia, karena sifat pengharapan merupakan bagian dari fitrah manusia, manusia
hakikatnya makhluk yang secara insting selalu berharap.
Komentar